Minggu, 02 Oktober 2011


cara membuat batik

Istilah Batik berasal dari kosa kata bahasa Jawa yaitu Amba dan Titik. Amba artinya kain dan titik adalah cara memberi motif pada kain dengan menggunakan malam cair dengan cara di titik-titik. Cara kerja membatik pada dasarnya adalah menutup permukaan kain dengan malam cair (wax) agar ketika kain dicelup kedalam cairan pewarna, kain yang tertutup malam tersebut tidak ikut kena warna. Teknik seperti ini dalam bahasa inggris dikenal dengan nama Wax-Resist Dyeing. Jika proses membuat motif batik dilakukan dengan cara “ditulis” dengan menggunakan alat yang disebut canting, maka batik tersebut dinamakan batik tulis. Ada juga jenis batik yang pembuatan motifnya menggunakan alat cetak khusus yang terbuat dari logam dengan motif-motif tertentu. Batik yang dibuat dengan cara mirip stempel / cap seperti ini disebut sebagai batik cap atau batik stempel.
Seiring dengan perkembangan jaman, dewasa ini ada juga batik yang dibuat dengan cara dicetak sablon dan dengan cetak masal menggunakan mesin cetak otomatis yang modern. Batik yang dihasilkan dengan cara seperti ini disebut sebagai batik printing.
Jadi, berdasarkan teknik pembuatannya batik dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
a. Batik tulis
b. Batik cap / cetak
c. Batik Printing
Diluar teknik yang telah disebutkan diatas, ada juga teknik pembuatan batik dengan cara mengecatkan langsung pewarna pada kain dengan menggunakan kuas untuk membuat motif atau citra-citra tertentu, bahkan belakangan ini ada juga beberapa orang yang mencoba memperkenalkan cara membuat batik dengan cara menyemprotkan langsung tinta ke kain dengan menggunakan alat yang disebut Air Brush. Biasanya motif yang dihasilkan adalah motif-motif Pop dan kontemporer. Salah satu tokoh batik kontemporer Indonesia adalah Amri Yahya. Beliau memperkenalkan batik kontemporer itu sebagai karya seni lukis dengan warna-warna cerah dan dinamis yang muncul dari efek-efek sapuan dan cipratan kuas yang spontan.
Untuk batik tradisional, ada beberapa bahan yang biasa dipergunakan, yaitu:
a. Kain. Kain yang digunakan untuk batik tradisional adalah yang memiliki bahan dasar dari kapas (kain katun, kain mori), dan kain sutra.
b. Malam (Wax). Yang dimaksud dengan malam adalah sejenis parafin/lilin yang tidak mengandung zat pembakar. Ada beberapa macam malam yang biasa digunakan untuk membuat batik ini yaitu: malam kuning, malam coklat, dan malam putih.
- Malam kuning memiliki sifat yang lebih liat/kenyal yang cocok untuk memunculkan efek gambar yang menutup kain secara utuh/sempurna.
- Malam coklat memiliki sifat yang mudah retak, sehingga akan memunculkan efek urat-urat pada hasil lukisan batiknya.
- Malam putih atau parafin bersifat sangat rapuh dan akan memunculkan efek retak-retak pada gambar batiknya.
c. Pewarna. Pewarna batik bisa dihasilkan dari bahan alami yang berasal dari tanaman bisa juga dari bahan kimia. Bahan pewarna alami yang pernah digunakan sebagai bahan pewarna alami adalah daun jambu, daun mangga, dan lain-lain dimana warna tersebut akan semakin kuat/tua jika ditambahkan ke dalamnya larutan tawas. Salah satu pewarna yang pernah populer digunakan adalah pewarna yang berasal dari air rebusan kulit pohon mahoni. Di Jawa tengah kita mengenal adanya batik sogan yang populer di kalangan keraton Yogyakarta dan Solo. Batik ini menggunakan pewarnanya dari rebusan kulit pohon Soga Tingi.
Pewarna kimia yang sudah umum digunakan oleh para pengrajin batik adalah berbagai jenis Napthol dan garam Diazo. Naptol ini merupakan pewarna dasar dan garam Diazo sebagai pembangkit warnanya. Ada beberapa jenis napthol yang bisa kita pilih yaitu; AS, ASD, ASG, ASBS, ASGR, dan ASLB. Sedangkan jenis garam diazo yang bisa kita gunakan sebagai pembangkit warnanya adalah; Biru B, Merah B, Merah R, Oranye G.C, dan Violet B.
Berikut adalah contoh warna yang dihasilkan dari pencampuran napthol dengan garam diazo tersebut:
Napthol
Garam Diazo
Biru B
Merah B
Merah R
Oranye G.C
Violet B
AS
ASD
ASG
ASBS
ASGR
ASLB
biru tua
biru
krem
biru
hijau
coklat tua
merah tua
merah tua
kuning
merah muda
abu-abu
merah bata
merah
merah
kuning muda
merah
abu2-merah
merah bata
oranye
oranye
kuning muda
oranye
abu2 kotor
coklat muda
ungu
lavender
kuning muda
pink
abu-abu
coklat ungu
Kita dapat melakukan beberapa percobaan dengan mencampur naptol dan garam diazo ini untuk mengahasilkan warna warna tertentu, misalnya dengan mencampurkan salah satu jenis naptol dengan salah satu jenis garam diazo.
d. Canting atau Cap. Canting adalah alat yang digunakan untuk membuat motif / gambar pada kain yang memiliki beberapa nama sesuai dengan fungsinya, yaitu:
- Canting Cecek, yang memiliki lubang kecil biasa digunakan untuk membuat motif gambar yang detil.
- Canting Klowong, adalah canting yang memliki lubang berukuran sedang dan biasa digunakan untuk membuat garis utama pada motif, dan
- Canting Tembok, yaitu canting yang memiliki ukuran lubang besar yang biasa digunakan untuk menutup bidang motif yang agak luas.
Langkah-langkah pembuatan batik.
a. Siapkan kain yang sudah dicuci bersih dan disetrika lebih dahulu, agar proses pewarnaannya dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
b. Dalam sebuah wadah mangkok plastik, buatlah larutan Napthol dan garam Diazol, dengan perbandingan 1 sendok makan napthol dicampur 2-3 sendok TRO (Turkish Red Oil), aduk hingga rata dan mengental. Setelah itu tuangkan sedikit air mendidih dan aduk hingga tercampur rata lalu masukkan 1 sendok teh soda api sampai ada reaksi larutan menjadi jernih. Larutan yang sudah jernih tersebut tuangkan ke dalam ember plastik berukuran sedang (ukuran 20 liter) yang sudah berisi air 1/3 nya, lalu aduk hingga rata.
Buatlah larutan garam dengan cara mencampurkan 1 sendok makan garam diazo ke dalam 200 ml air, aduk sampai larut lalu masukkan ke dalam ember yang berukuran seperti di atas yang sudah berisi air 1/3 bagian nya. Air sebanyak ini cukup untuk mencelup kain sepanjang 4 meter.
c. Buatlah sketsa motif batik pada kain tersebut dengan menggunakan pensil yang memiliki tingkat kekerasan sedang, misalnya pensil jenis B. Jika akan membuat motif yang sama pada kain yang lain, sebaiknya kita membuat gambar motif tersebut pada selembar kertas agar dapat dijadikan sebagai acuan untuk menjiplaknya berulang-ulang.
d. Panaskan malam dalam wadah yang berbentuk seperti wajan kecil (kenceng) diatas api kompor kecil, dan setelah malam itu cair tutup motif batik yang telah dibuat tadi dengan malam cair ini dengan menggunakan canting. Gunakan canting yang memiliki ukuran lubang yang sesuai dengan ukuran garis motif tadi.
e. Setelah selesai menutup motif pertama, celup kain tersebut ke dalam pewarna kain yang paling cerah / warna paling muda hingga rata, selanjutnya keringkan dengan cara direntangkan ditempat terbuka tapi tidak terkena sinar matahari langsung untuk menghindari pemudaran warna celupan.
f. Lanjutkan proses pembuatan motif kedua seperti pada langkah c, lalu lanjutkan dengan langkah d dengan catatan: warna celupan ke dua harus lebih gelap dari warna pertama.
g. Setelah proses pencelupan dan pengeringan dianggap selesai, maka proses selanjutnya adalah melakukan pelorodan. Pelorodan adalah proses untuk menghilangkan malam yang menempel di kain tersebut dengan cara mencelupkannya dalam air mendidih yang sudah dicampur soda abu. Usahakan agar kain dicelup berulang kali hingga malam nya benar-benar hilang.
Untuk membuat larutan pelorodan ini adalah dengan cara mencampurkan 2-3 sendok soda abu ke dalam 4-5 liter air mendidih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar