cara membuat batik
Seiring dengan  perkembangan jaman, dewasa ini ada juga batik yang dibuat dengan cara  dicetak sablon dan dengan cetak masal menggunakan mesin cetak otomatis  yang modern. Batik yang dihasilkan dengan cara seperti ini disebut  sebagai batik printing.
Jadi,  berdasarkan teknik pembuatannya batik dapat dibedakan menjadi 3 macam  yaitu: 
a.  Batik tulis
b.  Batik cap / cetak
c.  Batik Printing
Diluar  teknik yang telah disebutkan diatas, ada juga teknik pembuatan batik  dengan cara mengecatkan langsung pewarna pada kain dengan menggunakan  kuas untuk membuat motif atau citra-citra tertentu, bahkan belakangan  ini ada juga beberapa orang yang mencoba memperkenalkan cara membuat  batik dengan cara menyemprotkan langsung tinta ke kain dengan  menggunakan alat yang disebut Air Brush. Biasanya motif yang  dihasilkan adalah motif-motif Pop dan kontemporer. Salah satu tokoh  batik kontemporer Indonesia adalah Amri Yahya. Beliau memperkenalkan  batik kontemporer itu sebagai karya seni lukis dengan warna-warna cerah  dan dinamis yang muncul dari efek-efek sapuan dan cipratan kuas yang  spontan.
Untuk  batik tradisional, ada beberapa bahan yang biasa dipergunakan, yaitu:
a.  Kain. Kain yang digunakan untuk batik tradisional  adalah yang memiliki bahan dasar dari kapas (kain katun, kain mori), dan  kain sutra.
b.  Malam (Wax). Yang dimaksud dengan malam adalah  sejenis parafin/lilin yang tidak mengandung zat pembakar. Ada beberapa  macam malam yang biasa digunakan untuk membuat batik ini yaitu: malam  kuning, malam coklat, dan malam putih.
- Malam  kuning memiliki sifat yang lebih liat/kenyal yang cocok untuk  memunculkan efek gambar yang menutup kain secara utuh/sempurna.
- Malam  coklat memiliki sifat yang mudah retak, sehingga akan memunculkan efek  urat-urat pada hasil lukisan batiknya.
- Malam  putih atau parafin bersifat sangat rapuh dan akan memunculkan efek  retak-retak pada gambar batiknya.
c. Pewarna. Pewarna batik bisa dihasilkan dari  bahan alami yang berasal dari tanaman bisa juga dari bahan kimia. Bahan  pewarna alami yang pernah digunakan sebagai bahan pewarna alami adalah  daun jambu, daun mangga, dan lain-lain dimana warna tersebut akan  semakin kuat/tua jika ditambahkan ke dalamnya larutan tawas. Salah satu  pewarna yang pernah populer digunakan adalah pewarna yang berasal dari  air rebusan kulit pohon mahoni. Di Jawa tengah kita mengenal adanya  batik sogan yang populer di kalangan keraton Yogyakarta dan Solo. Batik  ini menggunakan pewarnanya dari rebusan kulit pohon Soga Tingi.
Pewarna kimia yang sudah umum digunakan oleh para pengrajin  batik adalah berbagai jenis Napthol dan garam Diazo. Naptol ini  merupakan pewarna dasar dan garam Diazo sebagai pembangkit warnanya. Ada  beberapa jenis napthol yang bisa kita pilih yaitu; AS, ASD, ASG, ASBS,  ASGR, dan ASLB. Sedangkan jenis garam diazo yang bisa kita gunakan  sebagai pembangkit warnanya adalah; Biru B, Merah B, Merah R, Oranye  G.C, dan Violet B.
Berikut adalah contoh warna yang dihasilkan dari pencampuran  napthol dengan garam diazo tersebut:
| Napthol | Garam Diazo | ||||
| Biru B | Merah B | Merah R | Oranye G.C | Violet B | |
| AS ASD ASG ASBS ASGR ASLB | biru tua biru krem biru hijau coklat tua | merah tua merah tua kuning merah muda abu-abu merah bata | merah merah kuning muda merah abu2-merah merah bata | oranye oranye kuning muda oranye abu2 kotor coklat muda | ungu lavender kuning muda pink abu-abu coklat ungu | 
Kita dapat melakukan beberapa percobaan dengan mencampur naptol  dan garam diazo ini untuk mengahasilkan warna warna tertentu, misalnya  dengan mencampurkan salah satu jenis naptol dengan salah satu jenis  garam diazo.
d. Canting atau Cap. Canting adalah alat yang digunakan untuk  membuat motif / gambar pada kain yang memiliki beberapa nama sesuai  dengan fungsinya, yaitu: 
- Canting  Cecek, yang memiliki lubang kecil biasa digunakan untuk membuat  motif gambar yang detil.
- Canting  Klowong, adalah canting yang memliki lubang berukuran sedang dan  biasa digunakan untuk membuat garis utama pada motif, dan
- Canting  Tembok, yaitu canting yang memiliki ukuran lubang besar yang biasa  digunakan untuk menutup bidang motif yang agak luas. 
Langkah-langkah pembuatan batik.
a. Siapkan kain yang sudah dicuci bersih dan disetrika lebih  dahulu, agar proses pewarnaannya dapat berjalan sesuai dengan yang  diharapkan. 
b. Dalam sebuah wadah mangkok plastik, buatlah larutan Napthol dan  garam Diazol, dengan perbandingan 1 sendok makan napthol dicampur 2-3  sendok TRO (Turkish Red Oil), aduk hingga rata dan mengental. Setelah  itu tuangkan sedikit air mendidih dan aduk hingga tercampur rata lalu  masukkan 1 sendok teh soda api sampai ada reaksi larutan menjadi jernih.  Larutan yang sudah jernih tersebut tuangkan ke dalam ember plastik  berukuran sedang (ukuran 20 liter) yang sudah berisi air 1/3 nya, lalu  aduk hingga rata.
Buatlah larutan garam dengan cara mencampurkan 1 sendok makan  garam diazo ke dalam 200 ml air, aduk sampai larut lalu masukkan ke  dalam ember yang berukuran seperti di atas yang sudah  berisi air 1/3 bagian nya. Air sebanyak ini cukup untuk  mencelup kain sepanjang 4 meter.
c. Buatlah sketsa motif batik pada kain tersebut dengan menggunakan  pensil yang memiliki tingkat kekerasan sedang, misalnya pensil jenis B.  Jika akan membuat motif yang sama pada kain yang lain, sebaiknya kita  membuat gambar motif tersebut pada selembar kertas agar dapat dijadikan  sebagai acuan untuk menjiplaknya berulang-ulang.
d. Panaskan malam dalam wadah yang berbentuk seperti wajan kecil  (kenceng) diatas api kompor kecil, dan setelah malam itu cair tutup  motif batik yang telah dibuat tadi dengan malam cair ini dengan  menggunakan canting. Gunakan canting yang memiliki ukuran lubang yang  sesuai dengan ukuran garis motif tadi.
e. Setelah selesai menutup motif pertama, celup kain tersebut ke  dalam pewarna kain yang paling cerah / warna paling muda hingga rata,  selanjutnya keringkan dengan cara direntangkan ditempat terbuka tapi  tidak terkena sinar matahari langsung untuk menghindari pemudaran warna  celupan.
f. Lanjutkan proses pembuatan motif kedua seperti pada langkah c,  lalu lanjutkan dengan langkah d dengan catatan: warna celupan ke dua  harus lebih gelap dari warna pertama.
g. Setelah proses pencelupan dan pengeringan dianggap selesai, maka  proses selanjutnya adalah melakukan pelorodan. Pelorodan adalah proses  untuk menghilangkan malam yang menempel di kain tersebut dengan cara  mencelupkannya dalam air mendidih yang sudah dicampur soda abu. Usahakan  agar kain dicelup berulang kali hingga malam nya benar-benar hilang.
Untuk membuat larutan pelorodan ini adalah dengan cara  mencampurkan 2-3 sendok soda abu ke dalam 4-5 liter air mendidih.
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar