Minggu, 02 Oktober 2011

Batik Lukis, Ciptakan Kecintaan akan Budaya kembali

Batik Lukis, Ciptakan Kecintaan akan Budaya kembali


Semakin malam, para mahasiswa berbondong datang ke balik taman alumni. Deretan stan memadati dari ujung satu hingga ujung lain taman alumni. Teriring suara gamelan dan alat-alat kesenian tradisional lainnya. Sayup-sayup sesekali terdengan suara sinden membawakan lagu-lagu daerah.
Nampak di antara deretan stan, dua stan yang unik dan cukup ramai pengunjung. Sebut saja stan Batik Lukis dan Batik Cap. Saya tertarik untuk melihat kumpulan orang menghadap ke seorang bapak di sudut stan Batik Lukis. Dengan ramah beliau menerangkan bagaimana cara membuat batik lukis. Cukup hanya dengan bermodalkan alat lukis, cat minyak dan kertas yang cukup tebal untuk melukis, Batik Lukis sederhana dapat dibuat. Terlihat para pengunjung bersemangat menggoreskan tintanya. Cukup telaten dan sabar si Bapak membimbing. Untuk awalan, si Bapak lah yang membuat sketsa di kertas. Para pengunjung hanya tinggal melukis dan menorehkan kreatifitas mereka. Goresan tinta merah, biru, kuning, dan hitam. Sesekali mereka mengangguk-anggukkan kepala senang melihat karyanya yang hampir jadi. Satu, Dua, karya tokoh pewayangan pun terbentuk. Mulai dari puntodewo, janoko, dan lain sebagainya. Meskipun harus menunggu kering untuk dipasang, pengunjung pun puas mendapat pelatihan singkat dari si Bapak ini.
Jeda beberapa stan, ada satu Stan yang tak kalah padat diminati. Stan Batik Cap namanya. Lain halnya dengan di Stan Batik Lukis. Kali ini, pengunjung diminta melukis dengan kreativitasnya masing-masing. Tanpa sketsa awal tentunya. Dengan menggenggam canting (alat untuk melukis) di tangan kanan dan kain putih di tangan kiri. Saya melihat partner saya yang asyik menggerakan canting ke atas dan bawah kain. Sesekali tangannya mengambil cairan malam yang panas sebagai bahan untuk digoreskan ke kain. Untuk kali ini, dibutuhkan kehati-hatian. “Butuh kesabaran ya membuat seperti ini,” celetuk Novi, salah satu pengurus BEM ITS. Apabila tangan menyeduh malam cair terlalu banyak ke dalam canting, otomatis ketika digoreskan ke kain akan menghasilkan goresan yang terlalu tebal. “Posisi canting dibuat agak miring ketika menggoreskan ke atas kain sehingga dihasilkan goresan motif batik yang sempurna,” kata Irma, salah satu pengunjung, mengajarkan.
Dengan adanya pelatihan ini, saya yakin sedikit banyak orang-orang akan sadar betapa uniknya seni batik. Batik sebagai salah satu kekayaan budaya bangsa yang ironinya mulai mengalami kelunturan. Dengan belajar membuat langsung akan menjadi bentuk apresiasi yang luar biasa karena pengunjung akan secara langsung merasakan susah dan asyiknya membuat batik sendiri. Sehingga, secara tidak langsung akan menumbuhkan kecintaan kita akan batik itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar