Seni Kriya Nusantara
Posted on September 22, 2008 by mazgun
A. Konsep
Karya Seni Rupa Terapan
Bentuk kebudayaan yang paling sederhana muncul pada
zaman batu. Hal tersebut berkaitan dengan tingkat kecerdasan, perasaan
dan pengetahuan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi pada zaman itu. Untuk menunjang kelangsungan hidup, mereka
membuat alat-alat dari bahan-bahan yang diperoleh di alam sekitar
mereka. Sebagai contoh, kapak genggam dan alat-alat perburuan dibuat dari
tulang dan tanduk binatang.
B. Pengertian
Seni Kriya
Seni kriya sering
disebut dengan istilah Handycraft yang berarti kerajinan tangan. Seni
kriya termasuk seni rupa terapan (applied art) yang selain
mempunyai aspek-aspek keindahan juga menekankan aspek kegunaan atau
fungsi praktis. Artinya seni kriya adalah seni kerajinan tangan manusia
yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan peralatan kehidupan sehari-hari
dengan tidak melupakan pertimbangan artistik dan keindahan.
C. Unsur
Karya Seni Kriya
Seni kriya mengutamakan terapan atau fungsi maka
sebaiknya terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Utility
atau aspek kegunaan
Ø Security yaitu
jaminan tentang keamanan orang menggunakan barang-barang itu.
Ø Comfortable, yaitu
enaknya digunakan. Barang yang enak digunakan disebut barang terap.
Barang-barang terapan adalah barang yang memiliki nilai praktis yang
tinggi.
Ø Flexibility, yaitu
keluwesan penggunaan. Barang-barang seni kriya adalah barang terap
yaitu barang yang wujudnya sesuai dengan kegunaan atau terapannya.
Barang terap dipersyaratkan memberi kemudahan dan keluwesan penggunaan
agar pemakai tidak mengalami kesulitan dalam penggunaannya.
2. Estetika
atau syarat keindahan
Sebuah barang terapan betapapun enaknya dipakai
jika tidak enak dipandang maka pemakai barang itu tidak merasa puas.
Keindahan dapat menambah rasa senang, nyaman dan puas bagi pemakainya.
Dorongan orang memakai, memiliki, dan menyenangi menjadi lebih tinggi
jika barang itu diperindah dan berwujud estetik.
D. Fungsi
dan Tujuan Pembuatan Seni Kriya
1. Sebagai
benda pakai, adalah seni kriya yang diciptakan mengutamakan fungsinya,
adapun unsur keindahannya hanyalah sebagai pendukung.
2. Sebagai
benda hias, yaitu seni kriya yang dibuat sebagai benda pajangan atau
hiasan. Jenis ini lebih menonjolkan aspek keindahan daripada aspek
kegunaan atau segi fungsinya.
3. Sebagai
benda mainan, adalah seni kriya yang dibuat untuk digunakan sebagai
alat permainan.
E. Jenis-jenis
Seni Kriya di Nusantara
1. Seni
kerajinan kulit, adalah kerajinan yang menggunakan bahan
baku dari kulit yang sudah dimasak, kulit mentah atau kulit sintetis.
Contohnya: tas, sepatu, wayang dan lain-lain.
2. Seni
kerajinan logam, ialah kerajinan yang menggunakan bahan
logam seperti besi, perunggu, emas, perak. Sedangkan teknik yang
digunakan biasanya menggunakan sistem cor, ukir, tempa atau sesuai
dengan bentuk yang diinginkan. Contohnya pisau, barang
aksesoris, dan lain-lain.
3. Seni
ukir kayu, yaitu kerajinan yang menggunakan bahan dari kayu
yang dikerjakan atau dibentuk menggunakan tatah ukir. Kayu yang biasanya
digunakan adalah: kayu jati, mahoni, waru, sawo, nangka dan lain-lain.
Contohnya mebel, relief dan lain-lain.
4. Seni
kerajinan anyaman, kerajinan ini biasanya menggunakan bahan
rotan, bambu, daun lontar, daun pandan, serat pohon, pohon pisang,
enceng gondok, dll. Contohnya: topi, tas, keranjang dan lain-lain.
5. Seni
kerajinan batik, yaitu seni membuat pola hias di atas kain
dengan proses teknik tulis (casting) atau teknik cetak (printing).
Contohnya: baju, gaun dan lain-lain.
6. Seni
kerajinan keramik, adalah kerajinan yang
menggunakan bahan baku dari tanah liat yang melalui proses sedemikian
rupa (dipijit, butsir, pilin, pembakaran dan glasir) sehingga
menghasilkan barang atau benda pakai dan benda hias yang indah.
Contohnya: gerabah, piring dan lain-lain.
F. Teknik
dan Bahan Karya Seni Kriya
Ada beberapa teknik pembuatan benda-benda kriya
yang disesuaikan dengan bahan. Alat dan cara yang digunakan antara lain
cor atau tuang, mengukir, membatik, menganyam, menenun, dan membentuk.
1. Teknik
cor (cetak tuang)
Ketika kebudayaan perunggu mulai masuk ke
Indonesia, maka mulai dikenal teknik pengolahan perunggu. Terdapat
beberapa benda kriya dari bahan perunggu seperti gendering perunggu,
kapak, bejana, dan perhiasan.
Teknik cetak pada waktu itu ada dua macam:
· Teknik
Tuang Berulang (Bivalve)
Teknik bivalve disebut juga teknik menuang berulang
kali karena menggunakan dua keeping cetakan terbuat dari batu dan dapat
dipakai berulang kali sesuai dengan kebutuhan (bi berarti dua
dan valve berarti kepingan). Teknik ini digunakan untuk
mencetak benda-benda yang sederhana baik bentuk maupun hiasannya.
1· Teknik
Tuang Sekali Pakai (A Cire Perdue)
Teknik a cire perdue dibuat untuk membuat benda
perunggu yang bentuk dan hiasannya lebih rumit, seperti arca dan patung
perunggu. Teknik ini diawali dengan membuat model dari tanah liat,
selanjutnya dilapisi lilin, lalu ditutup lagi dengan tanah liat,
kemudian dibakar untuk mengeluarkan lilin sehingga terjadilah rongga,
sehingga perunggu dapat dituang ke dalamnya. Setelah dingin cetakan
tanah liat dapat dipecah sehingga diperoleh benda perunggu yang
diinginkan.
Disamping teknik cor ada juga teknik menempa yang
bahan-bahannya berasal dari perunggu, tembaga, kuningan, perak, dan
emas. Bahan tersebut dapat dibuat menjadi benda-benda seni kerajinan,
seperti keris, piring, teko, dan tempat lilin. Saat ini banyak terdapat
sentra-sentra kerajinan cor logam seperti kerajinan perak. Tempat-tempat
terkenal itu antara lain kerajinan perak di Kota Gede Yogyakarta dan
kerajinan kuningan yang terdapat di Juwana dan Mojokerto.
2. Teknik
Ukir
Alam Nusantara dengan hutan tropisnya yang kaya
menjadi penghasil kayu yang bisa dipakai sebagai bahan dasar seni ukir
kayu. Mengukir adalah kegiatan menggores, memahat, dan menoreh pola pada
permukaan benda yang diukir.
Di Indonesia, karya ukir sudah dikenal sejak zaman
batu muda. Pada masa itu banyak peralatan yang dibuat dari batu seperti
perkakas rumah tangga dan benda-benda dari gerabah atau kayu. Benda-
benda itu diberi ukiran bermotif geometris, seperti tumpal, lingkaran,
garis, swastika, zig zag, dan segitiga. Umumnya ukiran tersebut selain
sebagai hiasan juga mengandung makna simbolis dan religius.
Dilihat dari jenisnya, ada beberapa jenis ukiran
antara lain ukiran tembus (krawangan), ukiran rendah, Ukiran tinggi
(timbul), dan ukiran utuh. Karya seni ukir memiliki macam-macam fungsi
antara lain:
a. Fungsi
hias, yaitu ukiran yang dibuat semata-mata sebagai hiasan dan tidak
memiliki makna tertentu.
b. Fungsi
magis, yaitu ukiran yang mengandung simbol-simbol tertentu dan berfungsi
sebagai benda magis berkaitan dengan kepercayaan dan spiritual.
c. Fungsi
simbolik, yaitu ukiran tradisional yang selain sebagai hiasan juga
berfungsi menyimbolkan hal tertentu yang berhubungan dengan spiritual.
d. Fungsi
konstruksi, yaitu ukiran yang selain sebagai hiasan juga berfungsi
sebagai pendukung sebuah bangunan.
e. Fungsi
ekonomis, yaitu ukiran yang berfungsi untuk menambah nilai jual suatu
benda.
3. Teknik
membatik
Kerajinan batik telah dikenal lama di Nusantara.
Akan tetapi kemunculannya belum diketahui secara pasti. Batik merupakan
karya seni rupa yang umumnya berupa gambar pada kain. Proses
pembuatannya adalah dengan cara menambahkan lapisan malam dan kemudian
diproses dengan cara tertentu atau melalui beberapa tahapan pewarnaan
dan tahap nglorod yaitu penghilangan malam.
Alat dan bahan yang dipakai untuk membatik pada
umumnya sebagai berikut:
a. Kain
polos, sebagai bahan yang akan diberi motif (gambar). Bahan
kain tersebut umumnya berupa kain mori, primissima, prima, blaco, dan
baju kaos.
b. Malam,
sebagai bahan untuk membuat motif sekaligus sebagai perintang masuknya
warna ke serat kain (benang).
c. Bahan
pewarna, untuk mewarnai kain yaitu naptol dan garam diasol.
d. Canting
dan kuas untuk menorehkan lilin pada kain.
e. Kuas
untuk nemboki yaitu menutup malam pada permukaan kain yang
lebar.
Sesuai dengan perkembangan zaman, saat ini dikenal
beberapa teknik membatik antara lain sebagai berikut:
a. Batik
celup ikat, adalah pembuatan batik tanpa menggunakan malam sebagaia
bahan penghalang, akan tetapi menggunakan tali untuk menghalangi
masuknya warna ke dalam serat kain. Membatik dengan proses ini disebut
batik jumputan.
b. Batik
tulis adalah batik yang dibuat melalui cara memberikan malam dengan
menggunakan canting pada motif yang telah digambar pada kain.
c. Batik
cap, adalah batik yang dibuat menggunakan alat cap (stempel yang umumnya
terbuat dari tembaga) sebagai alat untuk membuat motif sehingga kain
tidak perlu digambar terlebih dahulu.
d. Batik
lukis, adalah batik yang dibuat dengan cara melukis. Pada teknik ini
seniman bebas menggunakan alat untuk mendapatkan efek-efek tertentu.
Seniman batik lukis yang terkenal di Indonesia antara lain Amri Yahya.
e. Batik
modern, adalah batik yang cara pembuatannya bebas, tidak terikat oleh
aturan teknik yang ada. Hal tersebut termasuk pemilihan motif dan warna,
oleh karena itu pada hasil akhirnya tidak ada motif, bentuk, komposisi,
dan pewarnaan yang sama di setiap produknya.
f. Batik
printing, adalah kain yang motifnya seperti batik. Proses pembuatan
batik ini tidak menggunakan teknik batik, tetapi dengan teknik sablon
(screen printing). Jenis kain ini banyak dipakai untuk kain
seragam sekolah.
Daerah penghasil batik di Jawa yang terkenal
diantaranya Pekalongan, Solo, Yogyakarta, Rembang dan Cirebon.
4. Teknik
Anyam
Benda-benda kebutuhan hidup sehari-hari, seperti
keranjang, tikar, topi dan lain-lain dibuat dengan teknik anyam. Bahan
baku yang digunakan untuk membuat benda-benda anyaman ini berasal dari
berbagai tumbuhan yang diambil seratnya, seperti bamboo, palem, rotan,
mendong, pandan dan lain-lain.
5. Teknik
Tenun
Teknik menenun pada dasarnya hamper sama dengan
teknik menganyam, perbedaannya hanya pada alat yang digunakan. Untuk
anyaman kita cukup melakukannya dengan tangan (manual) dan hampir tanpa
menggunakan alat bantu, sedangkan pada kerajinan menenun kita
menggunakan alat yang disebut lungsi dan pakan. Daerah
penghasil tenun ikat antara lain
6. Teknik
membentuk
Penegertian teknik membentuk di sini yaitu membuat
karya seni rupa dengan media tanah liat yang lazim disebut gerabah,
tembikar atau keramik. Keramik merupakan karya dari tanah liat yang
prosesnya melalui pembakaran sehingga menghasilkan barang yang baru dan
jauh berbeda dari bahan mentahnya.
Teknik yang umumnya digunakan pada proses pembuatan
keramik diantaranya:
a. Teknik
coil (lilit pilin)
b. Teknik
tatap batu/pijat jari
c. Teknik
slab (lempengan)
Cara pembentukan dengan tangan langsung seperti coil, lempengan
atau pijat jari merupakan teknik pembentukan keramik tradisional yang
bebas untuk membuat bentuk-bentuk yang diinginkan. Bentuknya tidak
selalu simetris. Teknik ini sering dipakai oleh seniman atau para
penggemar keramik.
d. Teknik
putar
Teknik pembentukan dengan alat putar dapat menghasilkan banyak bentuk yang simetris (bulat, silindris) dan bervariasi. Cara pembentukan dengan teknik putar ini sering dipakai oleh para pengrajin di sentra-sentara keramik. Pengrajin keramik tradisional biasanya menggunakan alat putar tangan (hand wheel) atau alat putar kaki (kick wheel). Para pengrajin bekerja di atas alat putar dan menghasilkan bentuk-bentuk yang sama seperti gentong, guci dll
Teknik pembentukan dengan alat putar dapat menghasilkan banyak bentuk yang simetris (bulat, silindris) dan bervariasi. Cara pembentukan dengan teknik putar ini sering dipakai oleh para pengrajin di sentra-sentara keramik. Pengrajin keramik tradisional biasanya menggunakan alat putar tangan (hand wheel) atau alat putar kaki (kick wheel). Para pengrajin bekerja di atas alat putar dan menghasilkan bentuk-bentuk yang sama seperti gentong, guci dll
e. Teknik
cetak
Teknik pembentukan dengan cetak dapat memproduksi barang dengan jumlah yang banyak dalam waktu relatif singkat dengan bentuk dan ukuran yang sama pula. Bahan cetakan yang biasa dipakai adalah berupa gips, seperti untuk cetakan berongga, cetakan padat, cetakan jigger maupun cetakan untuk dekorasi tempel. Cara ini digunakan pada pabrik-pabrik keramik dengan produksi massal, seperti alat alat rumah tangga piring, cangkir, mangkok gelas dll
Teknik pembentukan dengan cetak dapat memproduksi barang dengan jumlah yang banyak dalam waktu relatif singkat dengan bentuk dan ukuran yang sama pula. Bahan cetakan yang biasa dipakai adalah berupa gips, seperti untuk cetakan berongga, cetakan padat, cetakan jigger maupun cetakan untuk dekorasi tempel. Cara ini digunakan pada pabrik-pabrik keramik dengan produksi massal, seperti alat alat rumah tangga piring, cangkir, mangkok gelas dll
Disamping
cara-cara pembentukan diatas, para pengrajin keramik tradisonal dapat
membentuk keramik dengan teknik cetak pres, seperti yang dilakukan
pengrajin genteng, tegel dinding maupun hiasan dinding dengan berbagai
motif seperti binatang atau tumbuh-tumbuhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar