Minggu, 09 Oktober 2011

Penyebaran Seni Buddha-Yunani ke Asia Tengah

Penyebaran Seni Buddha-Yunani ke Asia Tengah

Pengaruh seni Buddha-Yunani secara alami mengikuti ekspansi agama Buddha ke Asia Tengah dan Asia Timur dari abad pertama SM.


Patung Buddha Bamiyan yang berdiri setinggi 52 meter, Afganistan
Berkas:GBA1(trimmed).jpg
Patung dari sebuah biara Buddha 700, Afganistan
Baktria berada di bawah kekuasan langsung Yunani selama lebih dari dua abad dari penaklukkan oleh sang Alexander yang Agung pada 332 SM sampai akhir masa kerajaan Baktria-Yunani pada sekitar tahun 125 SM. Seni Baktria hampir seluruhnya juga Helenistik secara sempurna seperti bisa dilihat pada peninggalan-peninggalan arkeologis Baktria-Yunani di kota-kota seperti Alexandria di Oxus (Ai-Khanoum), atau seni numismatik (yang berhubungan dengan koin-koin) raja-raja Baktria-Yunani dan sering dianggap yang terbaik berasal dari Dunia Helenistik, termasuk koin-koin perak dan emas terbesar yang pernah dicetak oleh orang Yunani.
Ketika agama Buddha menyebar di Asia Tengah mulai abad pertama, Baktria melihat datangya hasil pengaruh sinkretisme Buddha-Yunani datang di wilayahnya dari India, dan sebuah pembauran baru dalam seni perpatungan berada di sana sampai datangnya invasi Islam.
Perwujudan paling menyolok adalah Patung Buddha Bamiyan. Mereka kelihatannya berasal dari aabd pertama sampai abad ke-3 Masehi. Mereka dipengaruhi secara kuat oleh budaya Helenistik.
Di daerah Baktria lain yang bernama Fondukistan, beberapa kesenian Buddha-Yunani lestari sampai abad ke-7 di biara-biara Buddha, menunjukkan pengaruh Helenistik yang kuat dipadukan dengan gaya dekorasi dan corak India dan sedikit pengaruh kaum Sasanid Persia.
Sebagian besar karya-karya seni dari Baktria dirusak mulai abad ke-5: orang-orang Buddha sering dituduh sebagai penyembah berhala dan ditindas oleh orang-orang Muslim yang merusak simbol-simbol keagamaan (iconoclastic). Pengrusakan ini berlanjut sampai era modern pada masa Perang Afganistan dan terutama dilakukan oleh rezim Taliban pada tahun 2001. Kasus paling dikenal adalah penghancuran patung Buddha Bamiyan. Secara ironis karya-karya seni Afganistan yang terselamatkan justru terjadi pada era kolonial dan dikeluarkan dari negara ini. Terutama, sebuah koleksi yang cukup kaya dipamerkan di Musee Guimet di Perancis.

[sunting] Dataran Rendah Tarim

"Pose heroik sang Bodhisattwa", abad ke-6 sampai ke-7, terracotta dari Tumshuq (Xinjiang).
Kepala seorang Bodhisattwa, abad ke-6 sampai ke-7, terracotta dari Tumshuq (Xinjiang).
Seni Dataran Rendah Tarim, juga disebut Seni Serindia, adalah seni yang berkembang mulai abad ke-2 sampai ke-11 di Serindia atau Xinjiang, daerah China yang terletak paling barat yang merupakan bagian dari Asia Tengah. Seni ini muncul dari seni Gandhara dan secara jelas mengkombinasikan tradisi India dengan pengaruh Yunani dan Romawi.
Para misionaris atau pendakwah Buddha yang mengadakan perjalanan melalui Jalur Sutra memperkenalkan kesenian ini, bersama dengan agama Buddha sendiri ke Serindia, di mana kemudian berbaur dengan pengaruh China dan Persia.
Lihat pula: Penyebaran agama Buddha melalui Jalur Sutra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar