Senin, 10 Oktober 2011

Seniman Madura Sulap Kulit Telur Jadi Lukisan

Seniman Madura Sulap Kulit Telur Jadi Lukisan

(Foto: Subairi/Koran SI)
(Foto: Subairi/Koran SI)
MADURA- Tak ada yang menyangka, kalau kulit telur yang sering jadi sampah dan dibuang begitu saja, malah bisa dimanfaatkan menjadi karya seni dengan nilai yang cukup tinggi.

Melalui tangan lembut Dodi Satyawan (23), warga Jalan KH Hasyim Ashari No 3, Kecamatan Kota, Kabupaten Bangkalan, Madura, kulit telur bisa dijadikan media untuk lukisan dengan harga jual hingga jutaan rupiah.

Pemuda yang berperawakan kurus tersebut, tak menyangka kalau karya seni yang berbahan dari kulit telur bisa menembus pasaran, baik itu lokal kota besar Surabaya, Bandung, Yogyakarta dan Jakarta, ternyata juga sangat diminati oleh beberapa pencinta seni dari negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura dan Arab.

Dodi yang awalnya hanya berprofesi sebagai tenaga kerja serabutan, tukang giling kelapa tersebut, sebatas mencoba memanfaatkan kulit telur yang dibuang oleh orang tuanya. Selanjutnya, dikumpulkan hingga mencapai puluhan kilogram dan kemudian dijadikan karya nyata yang mengandung nilai seni cukup sensasional.

“Yang pasti, karya ini terinspirasi dari banyaknya kulit telur yang terbuang di rumah saya. Nah, ternyata bisa dimanfaatkan menjadi karya seni seperti ini (lukisan),” ujarnya.

Pria yang suka warna gelap ini bercerita. Awal mula menciptakan lukisan dari kulit telur tersebut, terjadi saat salah satu saudaranya menerima pesanan atau order kue. Nah, saat ini banyak kulit telur yang berserakan di lantai dan tempat sampah, sehingga kurang sedap dipandang mata.

Tanpa banyak kata, dia langsung mengumpulkan seluruh kulit telur tersebut hingga mencapai berat sekitar 3 kilogram. Tak lama kemudian, dia mengambil papan triplek yang tidak dipakai di belakang rumah, lengkap dengan alat tulis berupa pensil dan kuas kusam yang disimpang digudang belakang rumah.

Dodi secara perlahan-lahan memulai melukis, hingga kemudian dilanjut dengan menempelkan kulit telur yang sudah dibersihkan. Adapun alat bantu untuk menempel telur ke kayu triplek, berupa lem kayu yang biasanya sering digunakan oleh para pengrajin mebel.

“Kalau tidak salah, pertama yang saya lukis adalah jenis batik Madura, karena tergolong mudah dan berkarakter,” terangnya.

Saat ditemui di rumah yang juga dijadikan tempat untuk melukis, Dodi lantas menerangkan cara membuat lukisan dari kulit telur. Menurutnya, karya seni tersebut bila dilihat sepintas cukup gampang, karena hanya tinggal menempel kulit telur diatas media kayu yang sudah digambar terlebih dulu.

Tapi, bila dicoba langsung ternyata mengandung kesulitan yang cukup tinggi. Baik saat menempel kulit telur yang butuh kesabaran dan ketelatenan, hingga saat penggarapan terakhir (finishing) hingga pewarnaan, dituntut untuk memilik jiwa seni yang tinggi.

“Jujur satu, untuk bisa menghasilkan satu lukisan yang berkelas, paling tidak butuh waktu minimal satu bulan. Itupun masih juga banyak yang perlu dibenahi,” ungkap Dodi.

Demikian juga dengan kulit telur yang ditempel, juga tidak boleh sembarangan. Dodi menyatakan, untuk kulit telur yang dipakai, selain dari telur ayam, juga ada telur ayam kampung, bebek dan angsa. Warna dari masing-masing telur, membuat kreasi lukisan semakin tambah menarik. “Tingkat kesulitan yang cukup tinggi, terletak saat menempel dan memilih jenis kulit telur. Itu semua harus disesuaikan dengan bidang garapan,” tambahnya.

Lantas berapa harga jual yang dipatok oleh Dodi? Dia menyatakan, untuk harga jual tergantung dari lukisan yang dipesan, termasuk besar tingkat kerumitan. Setidaknya, untuk lukisan yang paling sering laku adalah jenis kaligrafi dan batik, dengan harga minimal Rp200 – Rp2 juta ribu per satu lukisan.

“Kalau sudah ada pesanan lukisan wajah, itu yang membuat saya ekstra kerja keras. Selain karena rumit, juga harus bisa menyesuaikan dengan selera yang pesan,” tambahnya.

Kini, hasil karya Dodi sudah bisa dinikmati oleh para pencinta seni. Apalagi memasuki bulan puasa dan menjelang lebaran, Dodi banjir pesanan, khususnya lukisan kaligrafi. Tidak hanya dari sekitar Kabupaten Bangkalan saja, pesanan juga mengalir jauh hingga negeri jiran Malaysia.

Untuk bisa memuaskan pemesan, dia terpaksa lembur siang malam, menggarap lukisan yang terbuat dari kulit telur tersebut. Seperti saat dikunjungi beberapa waktu lalu, dia terlihat konsentrasi menyelesaikan kaligrafi yang dipesan oleh salah satu warga dari Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar