Minggu, 02 Oktober 2011

Pasir Bertabur di Helm hingga Motor

Pasir Bertabur di Helm hingga Motor

LUKISAN PASIR - Gusman Adi menggunakan pasir sebagai pengganti pensil untuk melukis. Selain kanvas, ia juga mengkreasikan hiasan pasir di helm, motor, botol, kertas, dan media unik lainnya. Foto: surya/nedi putra aw
MALANG | SURYA - Inspirasi bisa datang dari mana saja, dan itulah yang terjadi pada Gusman Adi. Setelah memutuskan berhenti dari pekerjaannya di sebuah mal, Goofy -panggilan akrabnya- langsung menemukan hasrat aneh setelah melihat pola unik pasir di dasar akuariumnya.
Pola-pola yang dibikin ikan itu terlihat seperti lukisan abstrak, namun ada terlihat seperti bentuk perahu walau tidak begitu sempurna. Dari sana, pria asli Malang, 15 Agustus 1981, langsung tergerak membuat lukisan dari pasir.
“Pekerjaan yang dulu tidak nyaman di hati saya. Setelah melihat pola-pola pasir di akuarium itu, entah bagaimana saya merasa langsung ‘klik’. Apalagi begitu saya memulai membuatnya, saya langsung merasa bahwa ini adalah jalan saya,” katanya.
Namun proses pembuatannya ternyata tidak semudah bayangannya. Alumni Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya ini kesulitan menuangkan idenya dalam bentuk karya.
“Karakter pasir yang tidak solid membuat pola-polanya mudah berubah. Lalu saya punya ide agar pasir itu bisa padat dengan menggunakan kaca untuk mengapitnya. Saya bongkar kaca lemari saya mulai saya susun pasir itu senti demi senti,” ungkapnya.
Karena sulit, lukisan pertamanya dibikin dalam waktu 3 bulan. Lukisan berjudul Tenanglah! itu menggambarkan perjalanan religi Yesus Kristus di tengah badai, ketika laut mengombang-ambingkan biduk.
Dalam perjalanannya membuat lukisan lain, otak bisnisnya bicara, usaha lukisan ini sangat tidak efisiennya waktu pembuatan. Kemudian pria yang jago memainkan alat musik perkusi ini merambah media lain yang tidak umum untuk digambari dengan pasir, seperti helm, gitar, bodi motor, kaca, botol, lemari kayu, lampu, dan benda-benda lain yang diinginkan pelanggannya.
“Semula saya coba-coba di helm. Tidak sampai sehari, saya buat disain gambar ‘smiley’ di bagian belakang helm saya dan ternyata bagus juga. Lalu ada teman yang mlihat helm saya itu dan tertarik. Dia minta dibuatkan motif batik di motornya. Pertama saya ragu, tapi saya juga tertantang untuk mengerjakannya. Saya sanggupi, dan dia akhirnya puas dengan hasilnya,” bebernya.
Setelah mulai terkenal dari mulut ke mulut, Goofy melebarkan sayapnya dengan mendirikan galeri tiga tahun silam, di garasi rumah neneknya, jalan Mawar 17. Galeri yang diberi nama ‘Rumah Pasir’ ini sudah melayani aneka benda-benda yang ditaburi pasir.
Ia mengisi galerinya dengan aneka kerajinan dari kertas bekas, seperti album foto, tempat pensil, lampu tidur, yang ditaburi pasir. Pasir-pasir itu diwarna menggunakan pewarna kertas.
“Ini agar lebih banyak varian warna saja,” ungkapnya.
Tidak puas hanya dengan galeri, Goofy juga menitipkan karyanya ke toko-toko souvenir, dengan sistem penjualan konsinyasi. Pembayaran, ia terima satu bulan sekali.
Rupanya, warga Malang merespons baik karya-karya unik ini ini. Namun, karena tidak memiliki pegawai, banyak pesanan yang terpaksa ditolak. Saat ditemui, Goofy tengah mengerjakan pesanan jam pasir sebagai souvenir pernikahan.
“Pemesan minta dibuatkan 300 buah. Saya kewalahan mengerjakannya, tapi saya syukuri saja, karena rejeki tidak boleh ditolak,” imbuhya.
Untuk stok pasir, Goofy langsung mengambil sendiri pasir di tiga pantai di Kabupaten Malang, yakni di pantai Balekambang, pantai Tamban, dan Sendang Biru.
“Pasir-pasir itu beda warna dan ukuran. Apalagi untuk pasir besi warna hitam, saya hanya menemukannya di Tamban. Itupun saya harus gali terlebih dahulu, dan menggunakan magnet,” terangnya.
Berbicara keuntungan, menurut Goofy relatif. Kalau sepi pembeli, minimal ia mengantungi Rp 2,5 juta perbulan. Namun, rata-rata ia mengantungi Rp 5 juta perbulan.
”Tapi bukan keuntungan yang saya kejar. Tetapi passion melakukan sesuatu yang saya cintai inilah yang utama,” katanya.
‘Message in The Bottle’ Digandrungi
SUVENIR - Selain untuk suvenir pernikahan, Gusman Adi membidik pasar remaja karena remaja gemar hiasan unik. Foto: surya/nedi putra aw
Setelah lama bergelut di dunia pasir, Goofy menyadari bahwa pasar kreasi pasir sangat besar. Ia menemukan untung banyak karena karya-karyanya dibuat dan disesuaikan dengan keinginan konsumen, terutama menembak remaja. Remaja/ABG menjadi segmen utama pembeli menuntut Goofy makin kreatif membuat aneka kebutuhan remaja, seperti gantungan kunci, aneka pernik-pernik seperti jam pasir, gantungan ponsel, hingga lukisan.
Karyanya yang ia juluki Message In The Bottle berwujud botol yang pinggirannya dihiasi tulisan, atau gambar dari pasir. Lalu kemudian botol itu diisi dengan pasir dan daun-daun kering, dan juga sebuah kertas kecil yang diikat. Kertas itu nanti diisi oleh si pembeli. Isinya kebanyakan untuk mengungkapkan isi hati si pembeli.
“Mesaage In The Bottle saya dapat inspirasinya dari cerita anak-anak yang membuat surat, tapi suratnya itu dimasukan ke dalam botol dan disampaikan dengan cara mengalirkan botol itu di sungai. Ide itu saya tangkap dan saya tuangkan ke dalam karya ini. Biasanya digunakan remaja untuk nembak pasangannya. Dan yang beli kebanyakan malah cowok-cowoknya,” katanya lantas tersenyum.
Menurutnya, sasaran pasar anak remaja sangat tepat untuk kerajinan yang digelutinya, karena remaja senang dengan hal-hal yang unik, dan berbeda. Dikatakan, sifat remaja sering cepat bosan dengan aneka hiasan yang muncul, malah dijadikan tantangan untuk membuat karya-karya lain yang lebih unik.
“Bahkan saya mendapat inspirasi untuk melukis foto wajah dengan pasir, itu pun dari mereka yang meminta saya melukis diri mereka dengan pasangannya,” ungkapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar